UNIBADAILY.ID, Serang – Setiap 21 April, bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini, sebuah momentum untuk mengenang perjuangan Raden Ajeng Kartini dalam memperjuangkan hak-hak perempuan, terutama dalam bidang pendidikan dan kesetaraan.
Lebih dari seabad berlalu, semangat Kartini terus menyala dan menjadi inspirasi bagi perempuan masa kini yang ingin berdaya namun tetap berakar pada budaya bangsa.
Universitas Bina Bangsa mengadakan seminar Nasional bertemakan “Perjuangan Kartini Menyemangati Perempuan Masa Kini yang Berbudaya” yang diselenggarakan di kampus A gedung D Auditorium UNIBA, Jum’at (02/05/2025).
Sakti Andayani Ketua Yayasan menceritakan perjuangan Kartini, yang hidup pada akhir abad ke-19, dikenal sebagai pelopor emansipasi wanita. Melalui surat-suratnya yang kemudian dibukukan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang, Kartini menyuarakan pentingnya pendidikan bagi perempuan.
Ia menentang anggapan bahwa wanita hanya layak berada di dapur dan membesarkan anak. Bagi Kartini, perempuan juga berhak berpikir, berkarya, dan memimpin.
Di era modern, semangat ini diteruskan oleh banyak perempuan Indonesia yang aktif dalam berbagai bidang pendidikan, seni, politik, ekonomi, dan teknologi.
Namun, perjuangan perempuan hari ini tidak hanya soal kesetaraan, tetapi juga menjaga jati diri budaya di tengah arus globalisasi.
“Menjadi perempuan masa kini bukan berarti meninggalkan budaya. Justru budaya adalah kekuatan kita. Kartini mengajarkan bahwa kita bisa maju tanpa kehilangan akar,” ujar Sakti
Ia mencontohkan banyak perempuan muda saat ini yang sukses di dunia profesional namun tetap bangga mengenakan kebaya, batik, dan menghidupkan kembali tradisi lokal dalam kehidupan sehari-hari. “Inilah bentuk Kartini masa kini modern, cerdas, dan berbudaya,” tambahnya.
Peringatan Hari Kartini tahun ini juga bersamaan dengan hari ini pendidikan nasional, kita juga memperingati Hari Pendidikan Nasional, mengenang jasa Ki Hajar Dewantara, pelopor pendidikan yang menanamkan nilai-nilai kemerdekaan berpikir dan belajar bagi seluruh anak bangsa.
Ajarannya Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani menjadi dasar filosofi pendidikan nasional yang relevan hingga hari ini.
Sebagai penutup, Ketua Yayasan menegaskan bahwa semangat Kartini dan Ki Hajar Dewantara tidak boleh berhenti di ruang-ruang peringatan semata.
Ia harus menyala dalam setiap langkah kita, dalam setiap karya, dalam setiap upaya untuk menciptakan perubahan positif.***