Oleh H. Wasit Aulawi
Kasubag TU Kemenag Kabupaten Serang
Idul Adha sering juga disebut sebagai Hari Raya Kurban punya banyak hikmah yang dapat kita petik.
Hikmah yang dikandung dalam Idul Adha salah satunya adalah mengenai kesalehan sosial yang dipraktikkan dalam ibadah kurban itu.
Masih ada di sebagian masyarakat kita yang selalu mengaitkan kurban dengan ibadah ritual saja. Ibadah mahdhoh saja yang sifatnya sangat personal.
Padahal sejatinya, di dalam hari raya kurban itu ada ibadah ghairu mahdhah yang dapat diartikan sebagai segala perbuatan yang mendatangkan kebaikan kepada diri sendiri dan orang lain serta dilaksanakan dengan niat ikhlas karena Allah SWT.
Bila kita berhenti hanya memaknai hari raya kurban sebagai ibadah ritual yang sifatnya personal transedental saja, maka ibadah kurban kehilangan ruh kemanusiaannya yang mengajarkan kepedulian terhadap sesama.
Jadi Hari raya kurban ini punya dimensi ibadah lain yakni kesalehan sosial yang komunal.
Hal itu tercermin dari pembagian daging hewan kurban kepada warga sekitar dan juga fakir miskin yang ada di lingkungan terdekat.
Di situ ada nilai-nilai kepedulian antarsesama yang sarat makna. Namun tidak banyak orang yang melihat hari raya kurban dari dimensi ini.
Sebagian kita masih ada yang terjebak pada peningkatan keimanan diri sendiri. Baginya menjadi religius yang sifatnya sangat personal sudah cukup baginya.
Padahal ada hadits nabi SAW yang berbunya “bahwa sebaik-baik manusia adalah manusia yang dapat bermanfaat bagi orang lain.”
Dari hadits itu kita dapat menyimpulkan bahwa keimanan komunal dan pemberdayaan masyarakat menjadi sangat penting.
Itulah sejatinya bahwa Idul Adha tidak hanya sekadar prosesi tahunan penyembelihan hwan kurban saja. Namun lebih dari itu bahwa hari raya kurban adalah momentum untuk memberi dan berbagi antarsesama sebagai simbol ketakwaan dan penerapan kesalehan sosial.
Di saat kondisi masyarakat masih banyak yang lemah karena dihantam krisis perekonomian global yang tidak berujung menyebabkan harga komoditas di Tanah Air menjadi lebih mahal.
Jadi Idul Adha merupakan kesinambungan jalan kesalehan spiritual dan sosial dari Idul Fitri.
Bila Idul Fitri adalah manifestasi kemenangan atas nafsu yang diakhiri dengan membayar zakat fitrah, maka Idul Adha adalah manifestasi bukti cinta, patuh, takwa, ketulusan berkorban, dan kerendahan hati yang dipungkasi dengan menyembelih hewan kurban.
Dan daging hewan kurban itu kemudian didistribusikan kepada yang berhak menerimanya.
Dalam cakupannya yang lebih luas lagi bahwa kesalehan sosial menunjuk pada perilaku yang peduli kepada sesama. Mereka adalah muslim yang saleh secara pribadi.
Kesalehan pribadinya itu kemudian terefleksikan dalam kesalehan sosial, yaitu peduli kepada mereka yang miskin, bodoh dan terkebelakang.
Wujud dari itu semua akan selalu berjuang untuk membantu sesama dan menghapuskan kemiskinan serta mengubah nasib mereka yang belum beruntung dalam hidupnya.
Kesalehan sosial bisa diwujudkan dengan mengubah nasib orang-orang yang belum beruntung menikmati hidup di Tanah Air.
Caranya? Salah satu yang bisa dilakukan adalah memberikan kesempatan kepada mereka di bidang pendidikan dengan cara menghimpun dana untuk menyediakan beasiswa yang cukup kepada anak-anak miskin untuk melanjutkan pendidikan.
Kemudian memberi bekal skil kepada generasi muda yang tidak bisa melanjutkan pendidikan. Mereka mesti diberi keahlian kerja dan bisnis untuk survive.
Wujud lain dari kesalehan sosial, juga bisa dilakukan oleh mereka yang punya pangkat di pemerintahan dan legislatif dengan melahirkan regulasi yang berpihak kepada masyarakat umum.
Iman dan takwa kepada Allah melahirkan kesalehan individual dalam bentuk ibadah haji, shalat Idul Adha dan penyembelihan kurban belum cukup. Tetapi harus ditindaklanjuti dengan mewujudkan kesalehan sosial sesuai dengan peran kita masing-masing.
Umat Islam yang mampu dianjurkan untuk berkurban. Nabi SAW memperingatkan secara keras bagi orang yang mampu tapi tidak berqurban untuk tidak mendekati tempat shalat orang Islam.
Hadis Nabi SAW ini secara tegas ingin menyampaikan bahwa shalatmu (atau hablum minallah-mu) bisa sia-sia, bila kamu tidak berkurban (atau tidak ber-hablum minannaas) sementara kamu mampu untuk berkurban.
Demikianlah bentuk konkret agar umat Islam punya kesadaran atau kesalehan sosial yang tinggi dan memiliki kepedulian terhadap sesama di bumi.
Seluruh ibadah kita punya aspek ke atas atau vertikal biasa disebut hablum minallah, berhubungan dengan Allah, dan aspek ke bawah atau horizontal yang disebut hablum minannas, berdampak kepada manusia.
Semoga hari raya kurban ini menjadikan kita sebagai orang-orang yang saleh secara indidividual dan juga saleh secara sosial yang berdampak positif terhadap kehidupan bermsyarakat dan bernegara.*